Tuesday, September 12, 2006

Seks versus stres

Banyak pasangan yang menganggap stres sebagai 'racun' kehidupan seks, yang bikin kita tidak bergairah. Tetapi stres yang benar-benar dapat menganggu kehidupan cinta suami-istri bukanlah stres yang biasa kita hadapi sehari-hari, seperti stres menghadapi deadline di kantor. Stres yang bikin masalah di tempat tidur adalah seks yang lebih rumit dan berlangsung terus-menerus, memiliki kemampuan untuk menekan produksi hormon perangsang gairah seks, dan meredupkan libido.

Seks dapat menjadi obat pamungkas konflik karena dia menurunkan tekanan, bukan saja secara emosi tetapi juga secara fisik. Orgasme melepaskan endorphin, hormon yang juga obat penenang tubuh alami, yang membuat ketegangan sirna. Orgasme juga membuat kita mudah jatuh tertidur, sehingga tubuh dan pikiran dapat beristirahat secara total.

Membangkitkan dan merasakan gairah saat sedang stres bukanlah hal rumit. Menyapa pasangan kita dengan penuh kasih, saling bersentuhan, saling mendekap dan sekadar merasa nyaman dalam pelukan, itu juga sudah cukup. Hindari saling cela, apalagi menghina dengan kata-kata kasar. Carilah kegiatan yang membuat kita dan si dia merasa intim secara fisik, seperti membacakan majalah di tempat tidur atau jalan-jalan singkat di sore hari sambil bergandengan.

Jika gairah seks kita pada si dia benar-benar mati, berhati-hatilah. Kondisi ini dapat dipastikan menjadi pertanda bahwa ada 'sesuatu' yang bisa memutuskan hubungan kita secara emosional maupun fisik dengan si dia. Sebaiknya kita segera berkonsultasi dengan penasihat perkawinan, karena siapa tahu masalahnya ternyata nggak sepelik yang kita duga -mungkin cuma salah komunikasi, atau perlu lebih banyak 'pemanasan'.

No comments: