Thursday, January 04, 2007

Pengetahuan Seks Remaja Bandung tak Berkembang

BANDUNG -- Pengetahuan remaja Kota Bandung tentang seks dan kesehatan reproduksi tidak berkembang sejak 30 tahun lalu. Itu terlihat dari pertanyaan yang sering muncul dari remaja. Namun banyak remaja yang melakukan hubungan seks tanpa pengetahuan yang benar.
''Dari 2.400 responden di lima kota besar di Indonesia termasuk Yogyakarta, sebanyak 9,16 persennya pernah berhubungan seks,'' ujar Ketua Pengurus Nasional Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Drs Rizal Malik, MA, kepada Republika, Rabu (3/1).

Rizal mengatakan, dari 9,16 persen itu, sebanyak 16 persen dilakukan oleh remaja berusia 13-15 tahun. Sementara itu, 85 persen hubungan seks dilakukan dengan pacar sendiri di rumah.
Dikatakan Rizal, jumlah itu merata di mana-mana. Ia menjelaskan, fakta menyebutkan banyak remaja melakukan seks aktif namun tidak mengerti tentang kesehatan reproduksi. Akibat yang paling terlihat adalah kehamilan yang tidak diinginkan sehingga remaja menikah karena hamil duluan. ''Mereka banyak 'praktek' tapi tidak memiliki pengetahuan,'' katanya menandaskan.
Dahulu, sambung Rizal, orang tua enggan menjelaskan tentang seks dan kesehatan reproduksi karena takut anaknya coba-coba. Paradiagma itu, kata dia, harus diubah. Karena berdasarkan pengalaman, orang yang mengetahui bahaya seks pranikah atau kesehatan reproduksi akan berpikir berulang kali untuk melakukannya.

Rizal mengungkapkan, saat pertama kali bergabung dengan PKBI, kondisi pengetahuan remaja Bandung saat itu tidak jauh berbeda dengan sekarang. Hal itu, kata dia, secara kualitatif terlihat dari banyaknya pertanyaan yang dulu pernah ditanyakan. ''Misalnya ada yang bertanya apakah ciuman berakibat hamil,'' cetus dia.

Tetidakberkembangan pengetahuan ini tidak seimbang dengan derasnya informasi berbagai hal di media. Bahkan, kata dia, bisa dibilang masyarakat sudah jenuh dengan informasi tersebut.
Menurut Rizal, untuk mendapatkan pengetahuan seks dan kesehatan reproduksi, tidak bisa hanya mengandalkan sekolah. Pasalnya, hingga kini kesehatan reproduksi belum menjadi kurikulum. Untuk itu, diperlukan peran serta semua pihak.

Sedangkan untuk orang tua, sambung Rizal, tidak ada salahnya anak diberi informasi kesehatan reproduksi. Dengan begitu anak bisa lebih bertanggung jawab dengan apa yang diputuskannya.

No comments: