Thursday, January 11, 2007

Hormon dan gairah seks

Estrogen hanya sedikit - atau bahkan tidak - memiliki efek terhadap gairah seks. Walau penurunan produksi estrogen pada masa menopause membuat fisik wanita berubah sehingga mempengaruhi perilaku seksual, hasrat untuk berhubungan intim biasanya nggak lenyap 100 persen. Justru banyak wanita di usia matang lebih tertarik pada seks, dan merasa hubungan seks mereka lebih menyenangkan karena nggak perlu takut hamil lagi.

Sedangkan hormon testosteron sangat diperlukan agar fungsi seksual berjalan normal pada pria dan wanita. Meski testosteron merupakan hormon pria, hormon ini juga diproduksi ovarium wanita dalam jumlah lebih sedikit. Tanpa testosteron, hasrat seks tak akan pernah muncul.

Perilaku kita tidak semata-mata ditentukan hormon tetapi juga oleh faktor psikologis, sosial, budaya, ekonomi, dan norma-norma moral yang rumit. Sampai kini, belum bisa dibuktikan bahwa gairah seks wanita lebih kuat dari biasanya pada siklus usia pertengahan. Memang, sih, beberapa penelitian telah mendokumentasikan hasrat yang lebih besar pada saat dan tidak lama setelah proses ovulasi terjadi. Tapi itu, kan, nggak pasti juga….

Pada masa pra-ovulasi, gelora seksual tidak betul-betul padam karena sperma masih bisa bertahan hidup di dalam vagina selama 72 jam. Bukti lain menunjukkan, wanita yang teratur berhubungan intim memiliki siklus menstruasi lebih pendek ketimbang wanita yang tidak aktif secara seksual.

Wanita dengan tingkat testosteron tinggi memperlihatkan lebih banyak respons vaginal yang jelas terhadap rangsangan erotis. Tapi wanita yang sama bisa saja sama sekali tidak merasakan kepuasan seks dengan pasangannya. Tak ada yang tahu pasti kenapa hasilnya bisa begitu. Diduga, sih, masturbasi memang tergantung pada tingkat testosteron. Tapi tenang saja, hormon itu tidak punya efek apa pun terhadap aktivitas seks yang dilakukan bersama pasangan.

No comments: