Friday, January 12, 2007

Korban perkosaan alami penderitaan bertubi-tubi

Korban perkosaan bukan hanya menderita sekali, melainkan bisa berulang-ulang kali. Dari berbagai kasus perkosaan, ternyata prosentase mereka yang mendapat perawatan pasca perkosaan jumlahnya hanya sedikit. Hanya beberapa saja yang mendapat perawatan agar tidak hamil dan tidak tertular penyakit menular seksual.

Menurut penelitian Sekolah Kesehatan Masyarakat John Hopkins Bloomberg,
hampir setengah dari semua wanita yang pernah mengalami tindakan kekerasan seksual di AS setiap tahunnya tidak mendapat pengobatan kesehatan yang memadai untuk mencegah terjadinya kehamilan atau menderita penyakit menular seksual.

Dikatakan bahwa 42% korban tindakan seksual tidak mendapat tes penyakit menular seksual (PMS) dan tidak mendapat pengobatan pencegahan hamil. Hanya 20% dari korban perkosaan yang mendapat kontrasepsi darurat untuk mencegah kehamilan.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Emergency Medicine, melakukan analisa data ruang gawat darurat dari National Hospital Ambulatory Medical Care Survey yang pernah melakukan survei pada tahun 1992 sampai 1998.

Para korban serangan seksual yang usianya di atas 18 tahun hanya 49% yang mendapat tes penyakit menular seksual. Sedangkan korban di bawah 18 tahun hanya 23%.
Penelitian ini berdasarkan lebih dari 92 ribu kasus penyerangan seksual. Masalah rasial tampaknya menjadi salah satu alasan dalam hal pengobatan kasus perkosaan. Sebanyak 48% wanita berkulit putih tidak mendapat skrining atau pengobatan, dibandingkan 24% wanita berkulit hitam. Namun demikian tidak ada penjelasan mengapa terjadi perbedaan ini.

No comments: