Friday, January 12, 2007

Pemakai Viagra banyak yang kena PMS

Obat impotensi Viagra ternyata terkait dengan meningkatnya peristiwa penyakit menular seksual, termasuk genorhea dan HIV. Karenanya Viagra memang sebaiknya perlu diberi label agar orang menjalani kehidupan seks yang aman.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal AIDS menemukan bahwa orang yang mempunyai masalah terbesar dengan seks tdak aman dan Viagra adalah mereka kaum gay dan pria biseksual. Kedua kelompok masyarakat itu ketika ditemui di klinik Penyakit Menular Seksual mengatakan mereka mencampur obat dengan ekstasi dan obat lainya, seperti metamfetamin kristal.

Penelitian ini melaporkan bahwa mencampur Viagra dengan obat-obatan rekreasi menyebabkan pemakainya akan mengalami perilaku yang berisiko, seperti tidak menggunakan kondom. Juga mencampur Viagra denga obat-obatan rekreasi bisa mengancam jiwa seseorang.
Dari 844 pria yang disurvei di klinik kesehatan San Farncisco, 57% heteroseksual, 42% homoseksual atau biseksual. Rata-rata usia pria yang diperiksa 32 tahun, karena menganggap bahwa pria menggunakan Viagra hanya untuk rekreasi bukan alasan pengobatan medis.
Dari mereka yang disurvei, 17% mengatakan menggunakan Viagra setahun lalu, para pria gay dan biseksual lebih dari empat kali kemungkinannya menggunakan Viagra dibandingkan pria heteroseksual.

Sebanyak 43% para pemakai Viagra gay yang disurvei mengatakan mereka mengkombinasikan obat dengan ekstasi, dan 28% mencampurnya dengan metamfetamin — kebanyakan mengatakan bahwa mereka percaya dengan kemampuannya meningkatkan pengalaman seksual.

Para peneliti menemukan sebuah hubungan antara pemakaian Viagra dan penyebaran penyakit menular seksual di kalangan pria gay — 32% para pemakai Viagra didiagnosa penyakit menular seksual, dibandingkan dengan 23% bukan pemakai Viagra.

Penelitian juga menemukan bahwa gay pemakai Viagra mempunyai pasangan seksual yang lebih banyak — sekitar lima sampai empat dalam dua bulan terakhir — lawan tiga sampai lima pria gay yang tidak menggunakan obat.

"Orang harus dihimbau menggunakan kondom, dan perusahaan pembuat obat harus menuliskannya dalam laber," kata salah seorang peneliti Dr. Jeffrey Klausner, direktur pencegahan dan pengawasan penyakit menular seksual dari Departemen Kesehatan Masyarakat San Francisco.

No comments: